Rabu, 03 Juni 2015

IBNU ‘ATOILLAH ASSAKANDARI

Tidak ada komentar:

berpikirlah untuk melakukan amal sebaik mungkin, bukan sebanyak mungkin. Banyak amal jika tidak dilakukan dengan baik adalah seperti pakaian yang banyak jumlahnya, tetapi murah harganya. Sedangkan sedikit amal tetapi berkualitas ( dikerjakan dengan baik ) adalah seperti sedikit pakaian berkulaitas tetapi mahal harganya (Al-Hikam Ibnu ‘Ataillah Assakandari)
 Tidak jauh dari makam Imam Syafi’I yang terletak di jantung kota Cairo lama ataupun Qohiroh Qodimah kira-kira dalam 5 km,terdapat satu kawasan perkuburan yang mana terdapat makam-makam banyak Ulama besar yang berjasa bagi dunia Islam, kuburan mereka berdekatan,begitulah para ulama mereka saling menghormati dan mengambil berkah.
 Suasana yang lengang karena jauh dari tempat kesibukan,dan tidak ada satupun toko,karena rumah penduduk Cuma sedikit yang berada disini,kadang-kadang  Cuma ada 2-3 mobil penduduk yang lalu lalang,letaknya tepat di kaki Bukit Muqottom,ada sebuah Masjid yang sederhana,berukuran sedang dengan menara khas negri Alfu Manara ataupun seribu menara,didalamnya terdapat Makan Ulama Tasawwuf yang fenomenal,namanya harum dan tidak akan pudar hingga kini karena karya-karya mereka yang memenuhi isi bumi,dialah Arif billah Ibnu ‘Atoillah Assakandari.
  Nama panjang beliau adalah adalah Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atho’ al-Sakandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili,Beliau dilahirkan di Alexandria ataupun Iskandariyah yang di sematkan pada namanya,pada tahun 648 H/1250 M.namun semasa hidupnya ia banyak menghabiskan waktu mengajar termasuk Universitas Al-Azhar As-Syarif dan menulis buku di kota Cairo sampai akhir hayatnya.
        Ibn ‘Athaillah berpegang mazhab Maliki dalam Fiqih dan tarekat Syadzili dalam tasawwuf dan ia merupakan salah satu tokoh kunci,beliau adalah ulama yang produktif. Tak kurang dari 22 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh.Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath Al-Tadbir, Unwan At-Taufiq fi’dab Al-Thariq, Miftah Al-Falah dan Al-Qaul Al-Mujarrad fil Al-Ism Al-Mufrad. Dari beberapa karyanya yang paling fenomenal adalah kitab al-Hikam,kitab yang menjadi pegangan setiap Alim,pengajar tasawwuf diseluruh pelosok dunia dari zamannya sampai di waktu modern ini,hingga sudah ratusan kali cetakan dan diterjemahkan banyak bahasa asing termasuk dalam bahasa Melayu dan Indonesia.
sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Allah,  Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat,Ia juga dikenal sebagai master atau syaikh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah yang pendirinya Abu al Hasan Asy Syadzili dan penerusnya, Abu Al Abbas Al Mursi. Dan Ibn ‘Athillah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah tarikat syadziliah tetap terpelihara
        Syech Ibnu ‘Atoillah Assakandari dari kecil hidup dalam lingkungan ilmu dan kakeknya Adalah Faqih seorang alim fiqih di kota Iskandariyah,keluarganya sangat keras menentang praktek-praktek ajaran tasawwuf karena waktu itu banyak penyimpangan,di ceritakan oleh guru saya Tengku Muhammad Fouzysalah satu ulama di Singapore  : Suatu hari Syech Ibnu ‘Atoillah muda dalam perjalanan menuju ke majlis ilmu Syech Abu Abbas Al-Mursi yang mana ia adalah Imam tarekat Sadziliyah di Iskandariyah yang sangat dikagumi,didalam duduknya ia dimajelis Ilmu sang imam dengan berniat mencatat kesalahan-kesalahan yang kontroversi untuk diambil kelemahan-kelemahan untuk di debat,dalam duduknya ia terbuai dengan mutiara-mutiara ilmu yang tak pernah didengar sebelumnya,sehingga ia berkata : “wallahhi tidak ada sedikitpun aku mendapati perkataan Syech Abu Abbas Al-Mursi yang menyalahi ajaran Islam”
Setelah duduk dimajelis ilmu Abu Abbas,Ibnu Atoillah Assakandari seakan-akan terbius selalu haus dengan ilmu tasawwuf sehingga akhirnya ia tenggelam dengan keasyikan ilmu hingga akhirnya ia menjadi tokoh kunci tasawwuf tarekat Assadziliyah yang namanya harum dan tetap dikenang sepanjang zaman.
Ibnu Hajar berkata: “Ibnu Atho’illah berceramah di Azhar dengan tema yang menenangkan hati dan memadukan perkatan-perkatan orang kebanyakan dengan riwayat-riwayat dari salafus soleh, juga berbagai macam ilmu. Maka tidak heran kalau pengikutnya berjubel dan beliau menjadi simbol kebaikan”.
Al-Munawi dalam kitabnya “Al-Kawakib al-durriyyah mengatakan: “Syaikh Kamal Ibnu Humam ketika ziarah ke makam wali besar ini membaca Surat Hud sampai pada ayat yang artinya: “Diantara mereka ada yang celaka dan bahagia…”. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam liang kubur Ibn Athoillah dengan keras: “Wahai Kamal… tidak ada diantara kita yang celaka”. Demi menyaksikan karomah agung seperti ini Ibnu Humam berwasiat supaya dimakamkan dekat dengan Ibnu Atho’illah ketika meninggal kelak.
Nasihat-nasihat Ibnu ‘atoillah Assakandari
“Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah ‘Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi’’.
“Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya?

Syech Ibnu Atto’illah Sakandari dipanggil kehadirat Allah pada tahun 702 H di Cairo,semoga Allah menerangi Maqam beliau,mengangkat drajatnya setinggi-tingginya Amin.

Nasihat-nasihat Ibnu ‘atoillah Assakandari


“Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah ‘Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi’’.

“Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya?



Syech Ibnu Atto’illah Sakandari dipanggil kehadirat Allah pada tahun 702 H di Cairo,semoga Allah menerangi Maqam beliau,mengangkat drajatnya setinggi-tingginya Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top