Rabu, 03 Juni 2015

SAYYIDAH NAFISAH

Tidak ada komentar:
Al-Hasan, ayahanda Sayyidah Nafisah membawa Nafisah semasa kecil ke makam Rasulullah s.a.w.. Di sini sang ayah berkata : “Tuanku, Bagindaku Rasulullah, ini puteriku. Aku redha dengannya. Kemudian keduanya pulang. Di malam hari,sang ayah bertemu Rasulullah bersabda: “Wahai Hasan Aku redha dengan puterimu Nafisah kerana keredhaanmu itu. Dan Allah SWT juga redha kerana redhaku itu.

(Al-Hafiz Abu Muhamma kitab Tuhfatul Asyraf)

tak kurang dari 2 km dari pemakaman Ibnu Atoillah Assakandari,terletak dalam satu kawasan Cairo lama yang agak gersang dan kumuh seakan-akan kita kembali kezaman masa lampau,dibalik aliran air benteng Solahuddin Al-ayyubi yang digunakan Sulthan Solahuddin Al-Ayyubi untuk mengalirkan air dari Sungai Nil ke bentengnya,terlihat menara masjid bergaya bangunan Dinasti Mamaluk yang bercat berwarna keemas-emasan,didalamnya terdapat makam salah satu wali Allah keturunan Rasulullah Saw dari kalangan wanita yang terkenal mempunyai banyak karamah dan Imam Syafi’I ketika sampai di Mesir pernah bertanya dan belajar dengannya.
          Pengunjungnya sangat ramai dan tak pernah sepi karena Masjid ini setiap harinya dalam sholat 5 waktu ada Sholat jenazah,pengunjungnya dari berbagai kalangan atas sampai bawah,jika kita ingin berziarah kemasjid-masjid untuk berziarah makam,kita harus menyiapkan banyak uang receh untuk memberi sedekah dan penitipan sepatu sandal.
Sayyidah Nafisah binti Al Hasan Anwar bin Zaid Al Ablaj bin Hasan Bin Ali Bin Abi thalib karramallahu wajhah. Ibunda beliau adalah seorang ummu walad (budak yang dinikahi tuannya) seperti halnya Siti Hajar ibunda Nabi Ismail.Sayyidah Nafisah dilahir di Makkah, pada 11 Rabiulawal 145H, hidup dan dibesar di Madinah
Beliau tumbuh dalam keluarga yang mendidiknya menjadi seorang yang alim, wara', dan ahli ibadah.Hari-harinya di isi dengan puasa pada siang hari dan bangun malam untuk beribadah, sehingga Allah memulyakannya dengan beberapa karamah,Sayyidah yang mulia ini sudah mendapatkan keutamaan sejak kecil. berceritademikian al-Hafiz Abu Muhammad dalam kitabnya Tuhfatul Asyraf: Al-Hasan, ayahanda Sayyidah Nafisah membawa Nafisah semasa kecil ke makam Rasulullah s.a.w.. Di sini sang ayah berkata : “Tuanku, Bagindaku Rasulullah, ini puteriku. Aku redha dengannya. Kemudian keduanya pulang. Di malam hari,sang ayah bertemu Rasulullah bersabda: “Wahai Hasan Aku redha dengan puterimu Nafisah kerana keredhaanmu itu. Dan Allah SWT juga redha kerana redhaku itu.
   Ayahnya hasan setiap harinya adalah pengajar di Masjidil Haram,pada saat mengajar datang kepada beliau salah seorang budak membawa berita kelahiran putrinya, seraya berkata: Berbahagialah engkau tuan,malam ini telah lahir putrimu yang cantik jelita yang tiada duanya.Ketika mendengar hal itu, beliau sangat senang dan bersujud kepada Allah sebagai rasa syukur atas terkabulkannya doa beliau serta memberikan hadiah yang banyak kepada budak tersebut seraya berkata: katakan kepada keluarga agar menamainya Nafisah semoga ia menjadi pribadi yang baik dan suci.
  Setelah tersebarnya kabar gembira kelahiran sayyidah Nafisah, banyak orang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat kepada keluarga yang mulia ini, serta bertepatan dengan hal tersebut datanglah  kepada Hasan Al-Anwar utusan Kalifah Abbasiyah Abu Ja’far Al Mansur dengan membawa sebuah kitab yang mengeluarkan bau misik dan hadiah dari khalifah berupa sekantong uang sebesar 20.000 dinar.Kemudian beliau membuka kitab tersebut dan membacanya dengan seksama, sementara orang-orang disekitar beliau dengan tegang menunggu apa yang telah dititahkan khalifah kepada beliau, mereka takut hal tersebut akan membahayakan keturunan Rasulullah. Kekhawatiran mereka bertambah ketika beliau menangis dan mengatakan: “Sang Khalifah telah memilihku menjadi gubernur Madinah AL Munawwarah”.Sontak wajah mereka menjadi berbinar-binar karena sangat bergembira seraya berkata: “ Sungguh suatu kabar gembira bagi kota Madinah, karena akan dipimpin orang sepertimu, yang selalu menegakkan keadilan dan sunnah rasul serta memegang teguh hukum islam”.Mendengar perkataan mereka , beliau berkata: “Kalaupun titah kepemempinan ini adalah suatu nikmat dari Allah, maka dia (putriku Nafisah) lah yang membawa kabar gembira tersebut (dengan kelahirannya).Dan kalaupun hal ini adalah suatu kemulyaan dari Allah, maka dia (putriku Nafisah) lah yang menjadi tandanya”.
   Pada umur 5 tahun Sayyidah Nafisah dididik oleh ayahnya dengan banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dan dikala umur 8 tahun hafal 30 juz Al-Qur’an,beliau tumbuh menjadi wanita yang salehah,saat umurnya dewasa ia dipinang oleh Ishaq bin Imam Ja’far al Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah atau yang di kenal dengan Mu’tamin karena terkenal dengan keamanahannya.
    Sayyidah Nafisah terkenal dengan kecerdasan dan kecantikannya menjadi idola orang dari pelosok negri Islam,setiap musim Haji orang-orang Mesir selalu menziarahi beliau,karena orang Mesir terkenal dengan orang pencinta Ahlul Bait,dan setiap berziarah orang mesir selalu mempersilahkan Sayyidah Nafisah untuk berkunjung ke negri Musa itu,dan seraya berkata :”Insya Allah aku akan menziarahi kalian, karena Allah telah memujinya dan menyebutkannya dalam al quran. Begitu juga kakekku telah bersabda agar berwasiat kebaikan kepada penduduknya”.
Pada saat ayahnya sudah tidak lagi menjadi gubernur di Madinah Al-Munawwaroh,dan waktu itu banyak terjadi fitnah semua kalangan keturunan Rasulullah SAW di seluruh negri Islam sehingga membuat tidak nyaman lagi,Sayyidah Nafisah beserta suami dan dua anaknya Qasim dan Ummu Kultsum memutuskan untuk berhijrah ke negri yang mencintai Ahlul bait Nabi yaitu mesir,banyak keturunan Ahli Bait yang berhijrah meninggalkan Negri yang benyak fitnah,termasuk Imam Syafi’i yang berhijrah dari Bagdad ke Mesir pada masa itu.
Sambutan yang sangat meriah dan hangat beliau dapatkan ketika sampai di Mesir, masyarakat saling berebut menjamu beliau,Sayyid Jamal ibn Jashash lah yang memberikan tempat tinggal bagi beliau di Mesir .
Diantar karamahnya Sayyidah Nafisah:
ada sebuah keluarga Yahudi yang tinggal di dekat kediamannya di Mesir, Keluarga itu mempunyai seorang anak perempuan yang lumpuh. Suatu ketika sang ibu berkata pada anaknya: “Nak, kamu mau apa ? Kamu mahu ke kamar mandi ? Si anak tiba-tiba berkata: “Aku ingin ke tempat perempuan mulia tetangga kita itu.” Setelah si ibu minta izin pada Sayyidah Nafisah dan beliau memperkenankannya, keduanya datang ke kediaman Sayyidah Nafisah. Si anak didudukkan di pinggir rumah. Ketika datang waktu solat Zuhur, Sayyidah Nafisah beranjak untuk berwudhu di dekat gadis kecil itu. Air wudhu beliau mengalir ke tubuh anak tersebut. Seperti mendapatkan ilham anak itu mengusap anggota tubuhnya dengan air berkah tersebut. Dan seketika itu juga ia sembuh dan bisa berjalan seperti tidak pernah sakit sama sekali.
Kemudian si anak pulang dan mengetuk pintu. Pintu dibuka oleh ibunya. Dengan keheranan dan rasa tidak percaya sang ibu berkata : “Kamu siapa Nak?” “Aku puterimu.” Sambil memeluk si ibu bertanya bagaimana ini bisa terjadi. Si anak kemudian bercerita dan akhirnya keluarga itu semuanya masuk Islam.
Selain itu, pernah suatu ketika sungai Nil berhenti mengalir dan mengering. Orang-orang mendatangi Sayyidah Nafisah dan memohon doanya. Beliau memberikan selendangnya agar dilempar ke sungai Nil. Mereka melakukannya. Dan seketika itu juga sungai Nil mengalir kembali dan melimpah.
Syech Sa’rawi menceritakan, “Ketika Sayyidah Nafisah merasakan ajalnya sudah dekat, beliau menulis surat wasiat untuk suaminya, dan menggali kubur beliau sendiri di rumahnya. Kubur yang digalinya itu ialah untuk beliau sentiasa mengingatkan akan kematian. Kemudian beliau turun ke liang kubur itu, memperbanyak solat dan mengkhatamkan al-Quran sebanyak 109 kali. Kalau tidak mampu berdiri, beliau solat dengan duduk, memperbanyak tasbih dan menangis. Ketika sudah sampai ajalnya dan beliau sampai pada ayat: “Bagi mereka (disediakan) tempat kedamaian (syurga) di sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal soleh yang selalu mereka kerjakan.” (Surah Al-An’am: 127), beliau pengsan kemudian dan menghembuskan nafas terakhir menghadap Sang Maha Kasih Abadi pada hari Jumaat, bulan Ramadhan 208H.
Sewaktu disembahyangkan sangat ramai orang yang menghadirinya. Sehingga kini maqamnya diziarahi oleh pengunjung dari seluruh pelusuk dunia. Demikian kehebatan yang Allah anugerahkan kepada Sayyidah Nafisah yang terkenal dengan kewara’an kepada Allah dan ketaatannya kepada suami. Semoga ianya menjadi contoh buat generasi wanita akhir zaman ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top