Rabu, 03 Juni 2015

SAYYIDAH ZAINAB RA

Tidak ada komentar:
  Masih di kawasan Cairo Qodimah ataupun Cairo lama terdapat sebuah kawasan yang bernama Sayyidah Zainab,mengingat di situ terdapat Masjid Sayyidah Zainab dan juga Maqamnya,kawasannya tepat di tepi jalan dan merupakan pusat perdagangan,masjidnya Besar dan tidak pernah sepi dari pengunjung,di dalam masjid terdapat banyak praktek-praktek tarekat sufi dari pelosok-pelosok Mesir,dan juga turis dari berbagai macam Negara,seperti India,Pakistan,Yaman dan lain-lain untuk berziarah.
        Disini kita tidak bisa berlama-lama disebabkan terlalu banyak pengemis-pengemis liar yang meminta sedekah dan bahkan pencuri,jadi kita harus berhati-hati dan menjaga barang sebaik mungkin disebabkan selain banyak penziarah disini juga pasar dan pusat perdagangan.
  Sayyidah Zainab binti Ali bin Abi Thalib Ra,adalah seorang tokoh yang tidak akan bisa dilupakan dalam sejarah Islam,karena ialah sang penyelamat Ahlul Bait Nabi SAW pada saat perang karbala sehingga diberi julukan Ummu Hasyim,dan ahli sejarah menyematkan pada Sayyidah Zainab wanita politikus pertama dalam Islam karna kepintarannya dan kecerdasannya dalam berdialok,sehingga membuat Ibnu Ziyad sang pembunuh Sayyidina Husen bin Ali Ra kelimpungan menandingi kata-kata beliau sehingga selamatlah Ali Zainal Abidin yang waktu itu masih kecil dari pembunuhan,jika tidak diselamatkan oleh Sayyidah Zainab maka punahlah Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW.
 Ada beberapa Julukan Sayyidah Zainab  diantaranya adalah Al-Kubro yang artinya Besar dan agung,maka dikenallah hingga sekarang Sayyidah Zainab Kubro.Suatu hariRasulullah SAW menggendong Sayyidah Zainab sambil menangis hingga bercucuran air matanya sambil berkata “Wahai putriku Fatimah ketahuilah bahwa cucuku ini akan ditimpa berbagai musibah dan menghadapi banyak cobaan”, begitupun sewaktu Malaikat Jibril berkunjung ke rumah Rasulullah SAW dan melihat Zainab cucu Rasulullah SAW, Malaikat jibril pun ikut menangis “Aku sedih melihat anak ini yang akan menyaksikan dan mengadapi berbagai macam cobaan dan musibah.” kata Jibril. Demikianlah  yang telah digambarkan Rasulullah SAW.
Adapun julukan lainnya adalah ‘Aqilah yang artinya berakal,Ibnu Duraid dalam karyanya ‘Jamharotul Loghah’ berkata: “Fulanah Aqiilatul qaum berarti perempuan itu ialah perempuan paling mulia dari kaumnya.”
     pada suatu hari Sayyidah Zainab yang masih kecil bertanya kepada ayahnya Saydina Ali bin Abi Thalib Ra: “Ayahku sayang, apakah engkau mencintaiku?” Kemudian Saydina Ali menjawab: “Bagaimana mungkin aku tidak mencintaimu, kau adalah buah hatiku”. Lantas beliau berkata lagi: “Ayahku sayang, kecintaan hanyalah untuk Allah SWT sementara kasih sayang untuk kita”.
          ‘Abidah yang artinya yang banyak beribadah,Sayyidah Zainab tidak pernah meninggalkan Sholat Nafilah apalagi fardu wajib ,tahajjud di tengah malam dalam keadaan senang ataupun sulit,ketika beliau di arak dari Kufah menuju Syam oleh tentara-tentar Yazid bin Mua’wiyah yang di pimpin oleh Ibnu Ziyad,didalam keadaan sempit,susah,sedih yang mendalam dibawah teriknya matahari gurun pasir,di dinginnya malam hari musim sejuk Sayyidah Nafisah habiskan waktu dengan berzikir,bermunajat dan Shalat kepada Allah Robbul ‘Alamin.
         Imam Ali Zainal Abidin berkata: “Sesungguhnya bibiku Zainab telah mendirikan shalat wajib dan nafilahnya dalam keadaan berdiri. Namun kadang-kadang di sebagian rumah beliau lakukan dalam keadaan duduk. Ketika aku menanyakan sebabnya beliau menjawab: Aku melaksanakan shalat sambil duduk karena rasa lapar dan lemah yang amat sangat. Sebab selama tiga malam aku telah memberikan bagian makananku kepada anak-anak. Dalam sehari semalam, mereka hanya memakan sepotong roti”. Peristiwa ini terjadi ketika Sayyidah Zainab berada dalam kondisi tertawan dan diarak dari Kufah menuju Syam. Teriknya matahari dan dinginnya malam telah menyiksa beliau dan rombongan tetapi beliau tidak meninggalkan shalat malamnya dalam kondisi sesulit itu.
Sayyidah Zainab tumbuh dalam asuhan kakeknya Rasulullah SAW sampai umur beliau genap 5 tahun,Rasulullah SAW kembali dikehadirat Allah SAW,Sepeninggal Rasulullah SAW. hari-harinya diliputi kesedihan,perjalanan hidupnya dilalui dengan kesedihan, karena kematian dua orang yang paling ia cintai. Dan pada waktu yang sama, ia harus bertanggung jawab atas saudara-saudaranya, Hasan, Husain dan Ummu Kultsum, sehingga ia pun berposisi sebagai ibu pengganti bagi mereka.
       Sayyidah Zainab menikah dengan sepupunya sendiri Abdullah bin Ja’far Ra,anak dari pamannya,suaminya terkenal dengan kedermawanannya sehingga dijuluki dengan Quthbus Sakhaa` (Pusat Kederwananan).Sayyidah Zainab sewaktu menikah dengan suaminya Abdullah mensyaratkan untuk bisa tetap bersama saudaranya Imam Husain. Abdullah menerima syarat tersebut dan menikahi cucu Rasulullah SAW ini. Dengan syarat inilah Sayyidah Zainab dapat mengikuti perjalanan bersejarah Imam Husain dari kota Madinah hingga Karbala dan bangkit menghadapi Yazid bin Muawiyyah. Riwayat menyebutkan bahwa dari perkawinannya dengan Abdullah bin Ja’far, Sayyidah Zainab mempunyai dua orang putra, yaitu Ja’far dan Ali, dan dua orang putri, yaitu Ummu Kultsum dan Ummu Abdillah.
        Sayyidah Zainab pernah mendengar dari ayahnya Saydina Ali Ra bahwa “Manusia tidak akan pernah mampu mengenal hakikat iman tanpa memiliki tiga hal dalam dirinya; pengetahuan akan agama, kesabaran di tengah kesulitan dan pengelolaan yang baik urusan kehidupannya.”
Setelah semua peristiwa yang ia lalui, Sayyidah Zainab ingin menghabiskan sisa hidupnya di sisi kakeknya,Rasulullah SAW. Akan tetapi Bani Umayyah tidak menginginkan hal itu, karena keberadaannya di Madinah dapat membangkitkan kemarahan orang-orang Madinah dan mendorong mereka untuk menuntut balas. Maka gubernur Madinah memintanya untuk meninggalkan Madinah. Kemudian ia pergi ke Mesir dan sampai pada bulan Sya’ban tahun 61H sebagaimana disebutkan sebagian besar buku sejarah. Kedatangannya di Mesir pun disambut hangat oleh Maslamah bin Makhlad al-Anshari, gubernur Mesir kala itu dan oleh penduduk Mesir. Kemudian Maslamah menjamunya di rumahnya dan ia tinggal di sana sekitar satu tahun lalu meninggal pada tahun 62H.
Sungguh Sayyidah Zaenab sosok wanita yang tabah dan teguh yang patut diteladani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top