Selasa, 09 Juni 2015

Topkapi Museum - Turki"

Tidak ada komentar:

Perjalanan ke Istanbul, kami lakukan dengan memakai pesawat Emirates airline. Airport tidak seberapa luas. Antrian paspor cukup panjang. Sebagian besar dari Eropa. Kalau ditanya, kota apa yang ingin didatangi lagi dan lagi. Maka saya akan menjawab kota Istanbul!

ISTANBUL merupakan sebuah kota tempat bertemunya timur dan barat, kota yang merupakan bagian dari dua benua yaitu Asia dan Eropa.

Kota ‘dua benua’ ini menyimpan kebudayaan yang sangat beragam, yakni budaya barat bercampur dengan budaya tradisional dari timur. Bangunan-bangunan dan benda-benda seninya merupakan percampuran dari kebudayaan asli Turki, Byzantine, dan Romawi.

Kegiatan perekonomian, perindustrian, pariwisata, hiburan dan pendidikan bekembang pesat di kota ini. Perjalanan ke Istanbul ibarat melakukan perjalanan ke masa lalu dengan peradaban yang modern. Berbagai bangunan peninggalan masa kerajaan Byzantine, Romawi, dan Ottoman tetap terjaga, berdampingan dengan bangunan-bangunan modern yang terus berkembang pesat.

Menyusuri Bosphorus merupakan pengalaman yang luar biasa. Bosphorus bukanlah sebuah sungai, tetapi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara, selat yang memisahkan antara Turki bagian Asia dan bagian Eropa. Untuk menjelajahi Bosphorus kita dapat menggunakan kapal feri.

Perjalanan dapat dimulai dari Eminonu sampai ke laut Hitam. Suatu perjalanan yang sangat mengasyikkan seperti Istana Dolmabahce, Istana Belerbeyi yang berlokasi tidak jauh dari jembatan yang menghubungi Asia dengan Eropa. Selain istana-istana tersebut juga terdapat bangunan hotel, restoran, dan rumah-rumah di sepanjang Bosphorus yang merupakan perpaduan arsitektur Eropa dan arsitektur Asia.

Tempat bersejarah lainnya yang sangat menarik adalah Istana Topkapi, yang merupakan istana terbesar di Istanbul. Sejak 1924, istana Topkapi berubah fungsi menjadi museum. Dahulu Topkapi adalah istana tempat tinggal sultan dan merupakan pusat pemerintahan Turki pada masa lalu.

Istana Topkapi

Istana Topkapi (bahasa Turki: Topkapi Sarayi) atau dalam bahasa bahasa Turki Utsmaniyah: biasanya dieja “Topkapi” dalam bahasa Inggris) adalah istana di Istanbul, Turki, yang merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 400 tahun (1465-1856). Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Kompleks istana terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil. Pada puncaknya, istana ini dihuni oleh 4.000 orang.

Bab as-Salaam (Gate Salutation)
Topkapi Sarayi (Palace) merupakan istana tempat tinggal para sultan dan keluarga kesultanan Turki Usmani selama hampir 400 tahun selama rentang waktu tahun 1465-1860 sebelum akhirnya pindah ke Dolmabache Palace. Sultan terakhir yang menempati istana ini adalah Sultan Abdulmecid I. Istana kesultanan yang berada di atas bukit dengan pemandangan laut Marmara dan selat Bosphorus ini memiliki total luas sekitar 700.000 meter persegi dan dikelilingi benteng sepanjang sekitar 5 kilometer.
Kepentingan Istana Topkapi memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di Bosporus. Pada tahun 1856, Sultan Abd-ul-Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahçe.
Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, Istana ini dijadikan museum berdasarkan dekret pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah Bersejarah Istanbul”, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Berdiri di tanah seluas sekitar 592.600 – 700.000 m², Istana Topkapi merupakan rumah bagi para Sultan Ottoman selama 4 abad. Dimulai dengan Sultan Mehmed II yang menaklukkan Istanbul dari kekuasaan Kekaisaran Roma pada tahun 1453. Instruksi pertamanya adalah membangun sebuah istana sebagai pusat dari Kesultanan Ottoman.
Mulai saat itulah Topkapi dibangun dan terus mengalami perubahan dari masa ke masa hingga pemerintahan Sultan Abdulmecid [1839-1860] yang meninggalkan Topkapi untuk tinggal di istananya yang baru di Bosphorus, sehingga Topkapi menjadi terlantar. Topkapi baru kembali ‘dilirik’ pada tahun 1923, ketika dilakukan renovasi besar-besaran oleh pemerintah Turki yang mengubah istana menjadi museum yang banyak dikunjungi hingga kini.

Keberadaan Museum Istana Topkapi
Perjalanan menjelajahi istana yang sangat luas ini biasanya dimulai dari air mancur peninggalan jaman Sultan Amet III yang dibuat pada abad ke-18 dengan memakai gaya baroque. Dari sana pengunjung akan mengikuti arah memasuki gerbang kerajaan [Babi Humâyûn] atau gerbang para sultan. Gerbang ini dibuat tahun 1478 dan kini telah dilapisi marmer dari abad ke-19 yang merupakan gerbang untuk memasuki halaman pertama dari lima halaman besar yang dimiliki istana [empat halaman ada di dalam dan satu di luar menghadap ke laut.
Pada halaman pertama yang luas terdapat beberapa area servis, antara lain rumah sakit, tempat pembuatan roti, serta tempat para pelayan istana. Setelah itu kita akan memasuki halaman kedua yang disebut dengan Divan Square melalui gerbang yang dinamakan Bâbüs Selâm dan terdapat sebuah paviliun yang terdiri dari museum arkeologi yang memuat sejumlah benda berharga dari berbagai belahan dunia. Di sebelahnya ada satu museum lagi yang memuat berbagai peninggalan kebudayaan Arab sebelum Islam yang ditemukan di Assyria, Babylon, dan Mesir. Paviliun ini merupakan bangunan pertama yang dibangun Sultan Mehmet II dengan keramik berwarna dominan biru dan toska.
Salah satu bangunan yang menarik perhatian pada halaman ini adalah dapur dengan 20 cerobong asap yang amat tinggi. Dapur ini dibuat pada abad ke 15 terdiri dari 10 bangunan besar, antara lain sekolah, harem, beberapa bangunan untuk dapur serta bangunan yang memuat beberapa kamar untuk para pelayan dapur. Semua yang tinggal di sini merupakan orang-orang yang melayani para sultan, juga wanita-wanita yang tinggal dalam harem. Konon dapur ini dapat menyiapkan makanan untuk 4.000 orang yang disiapkan pelayan dapur yang jumlahnya bisa mencapai 1.000 orang.

Prasasti batu seperti ini yang berada di depan bangunan dapur istana
Memasuki main gate, di sebelah kanan terdapat bangunan dengan cerobong udara di atas atapnya. Ternyata bangunan ini dulunya merupakan dapur kerajaan. Di koridor bangunan ini diletakkan batu-batu prasati bertulisan arab, mungkin ini beberapa peninggalan yang ditemukan di area istana. Di dalam bangunan ini koleksi porselain peralatan makan kerajaan di simpan, ada poselen dari Jepang, China, Eropa, dan porselen Istanbul. Peralatan masak juga di simpan di salah satu bagian di bangunan dapur ini.

Di seberang dapur terdapat bangunan tempat penyimpanan senjata (gudang senjata), dipisahkan oleh sebuah taman asri yang cukup luas dengan pohon-pohon hijau yang rindang.

Pemandangan selat Bosphorus dan jembatan Eropa-Asia dari Mediciye Pavilion
Setelah dari balkon paviliun berjalan sekitar 10 meter terdapat sebuah bangunan istana kecil dengan interior full keramik dan ada kolam renang juga. Dari sini, pemandangan selat Bosphorus, Galata Bridge, Galata Tower dengan bangunan di sekitarnya, juga masjid Sulaymaniye terlihat cukup jelas . Sepertinya istana kecil ini adalah tempat bersantai para anggota keluarga kerajaan. Ada banyak bangunan-bangunan kecil di dalam istana yang masing-masing interiornya berbeda satu sama lain.

Holy Relics
Berjalan lagi, kami bertemu dengan sebuah bangunan yang juga cukup ramai pengunjungnya tapi antriannya tidak sampai mengular. Kami juga tidak tahu sebelumnya, bangunan apa ini. Setelah berhasil masuk, kami melihat sebuah tulisan yang dari sebuah LCD TV yang kurang lebih terjemahannya adalah ”Kami akan melindungi barang-barang yang ada dalam ruangan ini hingga dunia berakhir“

Sacred Relics atau dikenal juga sebagai Holy Relics, tempat menyimpan barang-barang peninggalan para nabi, keluarga dan sahabat beliau. Ruangan ini dulu adalah ruangan pribadi sultan. Sayangnya dilarang memotret di dalam ruangan ini. Kunci-kunci Ka’bah, talang emas, kiswah, pembungkus hajar aswad juga disimpan di ruangan ini. Di ruangan ini pula pertama kalinya kami menyaksikan tongkat Nabi Musa, tempat minum Nabi Ibrahim, sorban Nabi Yusuf, pedang Nabi Daud, pedang Umar bin Khattab, pedang Ali bin Abi Thalib, pedang Utsman bin Affan, pedang Hussain, baju Fatimah putri Rasullullah dan baju Hussain cucu Rasullullah. Suasana semakin terasa begitu religius, dengan pembacaan Al-Qur’an (live) oleh seseorang.

Pedang, sehelai rambut dan jenggot, selembar surat, jejak kaki Nabi Muhammad di simpan dalam sebuah etalase kaca. Sedangkan mantel beliau di simpan dalam sebuah kotak logam, mungkin agar benda itu tetap terlindung. Segala sesuatu yang ada hubungannya dengan seseorang yang begitu dicintai menjadi sangat berharga, sehelai rambut sekalipun. Entah kenapa saya begitu merinding dan berdebar-debar menyaksikan barang-barang itu, tidak pernah berjumpa dengannya, namun menyaksikan benda peninggalannya seolah seperti membayangkan sosoknya berada di hadapan saya, begitu dekat… Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad…

Mengantri masuk ke tempat penyimpanan harta raja

Keluar dari ruang Sacred Relics yang mendebarkan, berjalan beberapa meter kami menemui sebuah bangunan yang juga sangat ramai dengan antrian yang panjang. Ternyata bangunan itu adalah istana Harem atau kalau di istana kerajaan Mataram di Jawa disebut Keputren, di tengah-tengahnya terdapat sebuah taman yang teduh dengan pepohonan yang rindang. Letak istana ini sebenarnya hanya beberapa meter dan hampir berseberangan dengan bangunan dapur. Entah apa alasannya istana Harem diletakkan berseberangan dengan dapur.

Setelah melewati dapur, kita akan masuk ke gerbang ketiga bernama Akagalar Gate yaitu pintu masuk ke areal utama istana. Di sebelah kanan, saya melihat antrian yang mengular masuk ke sebuah bangunan yang ternyata adalah tempat penyimpanan harta kerajaan (Imperial Treasury ), seperti perhiasan-perhiasan emas, perak serta berlian. Kami memutuskan untuk melewatinya karena antriannya lumayan panjang sehingga melanjutkannya ke Mediciye Pavilion. Pemandangan laut Marmara terhampar bebas dari tempat ini, subhanallah indahnya…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top