Al-Hasan, ayahanda Sayyidah Nafisah membawa Nafisah semasa kecil ke
makam Rasulullah s.a.w.. Di sini sang ayah berkata : “Tuanku, Bagindaku
Rasulullah, ini puteriku. Aku redha dengannya. Kemudian keduanya pulang. Di
malam hari,sang ayah bertemu Rasulullah bersabda: “Wahai Hasan Aku redha dengan
puterimu Nafisah kerana keredhaanmu itu. Dan Allah SWT juga redha kerana
redhaku itu.
(Al-Hafiz Abu Muhamma kitab Tuhfatul Asyraf)
tak
kurang dari 2 km dari pemakaman Ibnu Atoillah Assakandari,terletak dalam satu
kawasan Cairo lama yang agak gersang dan kumuh seakan-akan kita kembali kezaman
masa lampau,dibalik aliran air benteng Solahuddin Al-ayyubi yang digunakan
Sulthan Solahuddin Al-Ayyubi untuk mengalirkan air dari Sungai Nil ke bentengnya,terlihat
menara masjid bergaya bangunan Dinasti Mamaluk yang bercat berwarna
keemas-emasan,didalamnya terdapat makam salah satu wali Allah keturunan
Rasulullah Saw dari kalangan wanita yang terkenal mempunyai banyak karamah dan
Imam Syafi’I ketika sampai di Mesir pernah bertanya dan belajar dengannya.
Pengunjungnya sangat ramai dan tak
pernah sepi karena Masjid ini setiap harinya dalam sholat 5 waktu ada Sholat
jenazah,pengunjungnya dari berbagai kalangan atas sampai bawah,jika kita ingin
berziarah kemasjid-masjid untuk berziarah makam,kita harus menyiapkan banyak
uang receh untuk memberi sedekah dan penitipan sepatu sandal.
Sayyidah
Nafisah binti Al Hasan Anwar bin Zaid Al Ablaj bin Hasan Bin Ali Bin Abi
thalib karramallahu wajhah. Ibunda beliau adalah seorang
ummu walad (budak yang dinikahi tuannya) seperti halnya Siti Hajar
ibunda Nabi Ismail.Sayyidah Nafisah dilahir di Makkah, pada 11 Rabiulawal 145H,
hidup dan dibesar di Madinah
Beliau tumbuh dalam keluarga yang
mendidiknya menjadi seorang yang alim, wara', dan ahli ibadah.Hari-harinya di
isi dengan puasa pada siang hari dan bangun malam untuk beribadah, sehingga
Allah memulyakannya dengan beberapa karamah,Sayyidah yang mulia ini sudah
mendapatkan keutamaan sejak kecil. berceritademikian al-Hafiz Abu Muhammad
dalam kitabnya Tuhfatul Asyraf: Al-Hasan, ayahanda Sayyidah Nafisah membawa
Nafisah semasa kecil ke makam Rasulullah s.a.w.. Di sini sang ayah berkata :
“Tuanku, Bagindaku Rasulullah, ini puteriku. Aku redha dengannya. Kemudian
keduanya pulang. Di malam hari,sang ayah bertemu Rasulullah bersabda: “Wahai
Hasan Aku redha dengan puterimu Nafisah kerana keredhaanmu itu. Dan Allah SWT
juga redha kerana redhaku itu.
Ayahnya hasan setiap harinya adalah pengajar di Masjidil Haram,pada saat
mengajar datang kepada beliau salah seorang budak membawa berita kelahiran
putrinya, seraya berkata: Berbahagialah engkau tuan,malam ini telah lahir
putrimu yang cantik jelita yang tiada duanya.Ketika mendengar hal itu, beliau
sangat senang dan bersujud kepada Allah sebagai rasa syukur atas terkabulkannya
doa beliau serta memberikan hadiah yang banyak kepada budak tersebut seraya
berkata: katakan kepada keluarga agar menamainya Nafisah semoga ia menjadi
pribadi yang baik dan suci.
Setelah tersebarnya kabar gembira kelahiran sayyidah Nafisah, banyak
orang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat kepada keluarga yang mulia
ini, serta bertepatan dengan hal tersebut datanglah kepada Hasan Al-Anwar
utusan Kalifah Abbasiyah Abu Ja’far Al Mansur dengan membawa sebuah kitab yang
mengeluarkan bau misik dan hadiah dari khalifah berupa sekantong uang sebesar
20.000 dinar.Kemudian beliau membuka kitab tersebut dan membacanya dengan
seksama, sementara orang-orang disekitar beliau dengan tegang menunggu apa yang
telah dititahkan khalifah kepada beliau, mereka takut hal tersebut akan
membahayakan keturunan Rasulullah. Kekhawatiran mereka bertambah ketika beliau
menangis dan mengatakan: “Sang Khalifah telah memilihku menjadi gubernur
Madinah AL Munawwarah”.Sontak wajah mereka menjadi berbinar-binar karena sangat
bergembira seraya berkata: “ Sungguh suatu kabar gembira bagi kota Madinah,
karena akan dipimpin orang sepertimu, yang selalu menegakkan keadilan dan
sunnah rasul serta memegang teguh hukum islam”.Mendengar perkataan mereka ,
beliau berkata: “Kalaupun titah kepemempinan ini adalah suatu nikmat dari
Allah, maka dia (putriku Nafisah) lah yang membawa kabar gembira tersebut
(dengan kelahirannya).Dan kalaupun hal ini adalah suatu kemulyaan dari Allah,
maka dia (putriku Nafisah) lah yang menjadi tandanya”.
Pada umur 5 tahun Sayyidah Nafisah dididik oleh ayahnya dengan banyak
menghafalkan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dan dikala umur 8 tahun hafal 30
juz Al-Qur’an,beliau tumbuh menjadi wanita yang salehah,saat umurnya dewasa ia
dipinang oleh Ishaq bin Imam Ja’far al Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal
Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah atau yang di kenal
dengan Mu’tamin karena terkenal dengan keamanahannya.
Sayyidah Nafisah terkenal dengan kecerdasan
dan kecantikannya menjadi idola orang dari pelosok negri Islam,setiap musim
Haji orang-orang Mesir selalu menziarahi beliau,karena orang Mesir terkenal
dengan orang pencinta Ahlul Bait,dan setiap berziarah orang mesir selalu
mempersilahkan Sayyidah Nafisah untuk berkunjung ke negri Musa itu,dan seraya
berkata :”Insya Allah aku akan menziarahi kalian, karena
Allah telah memujinya dan menyebutkannya dalam al quran. Begitu juga kakekku
telah bersabda agar berwasiat kebaikan kepada penduduknya”.
Pada saat ayahnya sudah tidak
lagi menjadi gubernur di Madinah Al-Munawwaroh,dan waktu itu banyak terjadi
fitnah semua kalangan keturunan Rasulullah SAW di seluruh negri Islam sehingga
membuat tidak nyaman lagi,Sayyidah Nafisah beserta suami dan dua anaknya Qasim
dan Ummu Kultsum memutuskan untuk berhijrah ke negri yang mencintai Ahlul bait
Nabi yaitu mesir,banyak keturunan Ahli Bait yang berhijrah meninggalkan Negri
yang benyak fitnah,termasuk Imam Syafi’i yang berhijrah dari Bagdad ke Mesir
pada masa itu.
Sambutan yang sangat meriah dan
hangat beliau dapatkan ketika sampai di Mesir, masyarakat saling berebut
menjamu beliau,Sayyid Jamal ibn Jashash lah yang memberikan tempat tinggal bagi
beliau di Mesir .
Diantar
karamahnya Sayyidah Nafisah:
ada sebuah keluarga Yahudi yang tinggal di dekat kediamannya di
Mesir, Keluarga itu mempunyai seorang anak perempuan yang lumpuh. Suatu ketika
sang ibu berkata pada anaknya: “Nak, kamu mau apa ? Kamu mahu ke kamar mandi ?
Si anak tiba-tiba berkata: “Aku ingin ke tempat perempuan mulia tetangga kita
itu.” Setelah si ibu minta izin pada Sayyidah Nafisah dan beliau
memperkenankannya, keduanya datang ke kediaman Sayyidah Nafisah. Si anak
didudukkan di pinggir rumah. Ketika datang waktu solat Zuhur, Sayyidah Nafisah
beranjak untuk berwudhu di dekat gadis kecil itu. Air wudhu beliau mengalir ke
tubuh anak tersebut. Seperti mendapatkan ilham anak itu mengusap anggota
tubuhnya dengan air berkah tersebut. Dan seketika itu juga ia sembuh dan bisa
berjalan seperti tidak pernah sakit sama sekali.
Kemudian si anak pulang dan mengetuk pintu. Pintu dibuka oleh
ibunya. Dengan keheranan dan rasa tidak percaya sang ibu berkata : “Kamu siapa
Nak?” “Aku puterimu.” Sambil memeluk si ibu bertanya bagaimana ini bisa
terjadi. Si anak kemudian bercerita dan akhirnya keluarga itu semuanya masuk
Islam.
Selain itu, pernah suatu ketika sungai Nil berhenti mengalir dan
mengering. Orang-orang mendatangi Sayyidah Nafisah dan memohon doanya. Beliau
memberikan selendangnya agar dilempar ke sungai Nil. Mereka melakukannya. Dan
seketika itu juga sungai Nil mengalir kembali dan melimpah.
Syech Sa’rawi menceritakan, “Ketika Sayyidah Nafisah merasakan
ajalnya sudah dekat, beliau menulis surat wasiat untuk suaminya, dan menggali
kubur beliau sendiri di rumahnya. Kubur yang digalinya itu ialah untuk beliau
sentiasa mengingatkan akan kematian. Kemudian beliau turun ke liang kubur itu,
memperbanyak solat dan mengkhatamkan al-Quran sebanyak 109 kali. Kalau tidak
mampu berdiri, beliau solat dengan duduk, memperbanyak tasbih dan menangis.
Ketika sudah sampai ajalnya dan beliau sampai pada ayat: “Bagi mereka
(disediakan) tempat kedamaian (syurga) di sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung
mereka disebabkan amal-amal soleh yang selalu mereka kerjakan.” (Surah
Al-An’am: 127), beliau pengsan kemudian dan menghembuskan nafas terakhir
menghadap Sang Maha Kasih Abadi pada hari Jumaat, bulan Ramadhan 208H.
Sewaktu disembahyangkan sangat ramai orang yang menghadirinya.
Sehingga kini maqamnya diziarahi oleh pengunjung dari seluruh pelusuk dunia.
Demikian kehebatan yang Allah anugerahkan kepada Sayyidah Nafisah yang terkenal
dengan kewara’an kepada Allah dan ketaatannya kepada suami. Semoga ianya
menjadi contoh buat generasi wanita akhir zaman ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar