“Syekh Abdul
Wahab bercerita dari Syekh Zakariya sendiri. Beliau bercerita, selama ada di
al-Azhar, aku sering kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makanan.
Akhirnya, aku keluar mencari kulit semangka lalu dicuci dan dimakan.”
Didalam masjid Imam Syafi’i juga
terdapat satu ulama besar dan jasanya besar bagi agama Islam,ia adalah Syechhul
Islam Zakariya Al-Anshari,beliau terkenal dalam berbagai bidang Ilmu,bukan saja
dalam ilmu Agama tetapi juga ilmu Umum,ilmu yang beliau kuasai meliputi
fiqih,tasawwuf,hadits,tafsir,nahwu,astronomi,matematika,kedokteran dan banyak
lagi,karena kemahirannya ia dilantik menjadi Qodhi ataupun hakim agung 20 tahun
lamanya,panjangnya umur beliau terlahirlah banyak buku-buku karya beliau.
Nama lengkap Syaikh Zakaria
al-Anshory adalah Zainuddin Abu Yahya Zakariya bin Muhammad bin Ahmad bin
Zakaria bin Dawud bin Humaid bin Usamah bin Abdul Maula al-Anshory as-Subky
al-Qohiry al-Azhary as-Syafi’I. Laqob atau julukan beliau Zainuddin dan Syaikhul
Islam, sedangkan kunyah beliau adalah Abu Yahya.
Beliau dilahirkan di Mesir pada tahun
823 H,pada masa kecilnya ia sudah dimasukkan ke sekolah untuk menghafal
Al-Qur’an,pada saat masih sekolah bapaknya meninggal dunia,oleh karena hidup
dalam keadaan faqir,bapaknya tidak meninggalkan harta warisan sedikitpun,ia
tinggal bersama ibunya.
Zakariya Al-Anshari terkenal dengan
kecerdasannya pun diambil menjadi anak angkat oleh seorang Syech Alim Nama
lengkap Syaikh Zakaria al-Anshory adalah Zainuddin Abu Yahya Zakariya bin
Muhammad bin Ahmad bin Zakaria bin Dawud bin Humaid bin Usamah bin Abdul Maula
al-Anshory as-Subky al-Qohiry al-Azhary as-Syafi’I. Laqob atau julukan beliau
Zainuddin dan Syaikhul Islam, sedangkan kunyah beliau adalah Abu Yahya. Robi’
bin Syaikh Al-Mushtholim Abdullah As-Sullami As-Syambari,atas bimbingan Syech
ini ia menghafal Al-Qur’an dan menguasai beberapa bidang keilmuan.
Pada usianya yang ke 18 tahun ia pun
pergi ke Cairo untuk memperdalam ilmu di Universita Al-Azhar Syarif,Syekh
Zakariya bercerita, selama di al-Azhar, aku sering kelaparan karena tidak punya
uang untuk membeli makanan. Akhirnya, aku keluar mencari kulit semangka lalu
dicuci dan dimakan. Pada suatu hari, ada seorang waliyullah tinggal bersamaku.
Dia bekerja sebagai tukang tumbuk disebuah perusahaan tepung. Ia membeli semua
kebutuhanku dari pakaian, makanan, kitab dan lainnya. Ia berkata : “Wahai
Zakariya, kau jangan khawatir tentang diriku”. Hal ini terus ia lakukan sampai
beberapa tahun.
Pada suatu malam, di saat orang-orang terlelap tidur, dia mengajakku keluar dan menyuruhku menaiki menara masjid sampai kepuncaknya, akupun menuruti perintahnya. Setelah sampai di puncaknya, aku turun lalu ia berkata, “ Engkau akan hidup sampai teman-temanmu meninggal. Engkau mempunyai derajat tinggi yang dapat mengalahkan mereka dan kau akan menjadi hakim tertinggi dalam waktu yang agak lama. Santri-santrimu akan menjadi pemimpin-pemimpin Islam dan akhirnya kau akan buta”, “Aku akan buta?” tanyaku terkejut. “kau akan buta,” jawab sang wali. “Sejak peristiwa itu, lelaki yang sangat berjasa kepadaku itu pergi entah kemana dan tidak pernah menemuiku lagi.”
Pada suatu malam, di saat orang-orang terlelap tidur, dia mengajakku keluar dan menyuruhku menaiki menara masjid sampai kepuncaknya, akupun menuruti perintahnya. Setelah sampai di puncaknya, aku turun lalu ia berkata, “ Engkau akan hidup sampai teman-temanmu meninggal. Engkau mempunyai derajat tinggi yang dapat mengalahkan mereka dan kau akan menjadi hakim tertinggi dalam waktu yang agak lama. Santri-santrimu akan menjadi pemimpin-pemimpin Islam dan akhirnya kau akan buta”, “Aku akan buta?” tanyaku terkejut. “kau akan buta,” jawab sang wali. “Sejak peristiwa itu, lelaki yang sangat berjasa kepadaku itu pergi entah kemana dan tidak pernah menemuiku lagi.”
Syekh Sya’roni bercerita :
“Suatu hari aku mengaji pada beliau
Syarh Bukhori. Di tengah-tengah aku membaca, beliau berkata padaku. “Cukup,
ceritakan padaku mimpimu malam ini”.
Memang aku telah bermimpi aku bersama
Syekh Zakaria dalam suatu kapal yang layarnya dari sutra, tampar dan
permadaninya dari sutra hijau tipis, ada banyak balai-balai dan bantal dari
sutra. Di situ aku melihat Imam Syafi’i duduk dan Syekh Zakaria di sampingnya.
Kapal ini terus berjalan dan berhenti di pulau bak hati ikan yang sangat bagus.
Ada perkebunan, buah buahan dan wanita-wanita cantik.
Selesai aku bercerita Syekh Zakaria
berkata:
“Kalau mimpimu ini benar, maka aku
akan dimakamkan di samping Imam Syafi’i radiallahu ’anhu.”
Ketika Syekh Zakaria
meninggal, para muridnya telah menyiapkan makam untuk beliau di Bab
Nasr, lalu kawan Sya’roni yang tahu tentang mimpinya barkata:
“Wahai Sya’roni, mimpimu bohong”.
Pada saat itu datanglah utusan dari
Pangeran Khair Bik (wakil raja) sambil berkata:
“Raja sekarang ini sedang sakit dan
tidak mampu datang ke sini. Raja memerintahkan kalian untuk membawa Syekh
Zakaria ke medan Qal’ah untuk dishalati di sana”.
Setelah selesai shalat, Khair Bik
berkata :
”Makamkan saja Syekh Zakaria di
pekuburan Syekh Najmuddin al-Khayusyani di depan Imam Syafi’i”.
Ini terjadi pada bulan
Dzulhijjah tahun 926 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar