Masih di kawasan Cairo Qodimah ataupun Cairo lama terdapat sebuah
kawasan yang bernama Sayyidah Zainab,mengingat di situ terdapat Masjid Sayyidah
Zainab dan juga Maqamnya,kawasannya tepat di tepi jalan dan merupakan pusat
perdagangan,masjidnya Besar dan tidak pernah sepi dari pengunjung,di dalam
masjid terdapat banyak praktek-praktek tarekat sufi dari pelosok-pelosok
Mesir,dan juga turis dari berbagai macam Negara,seperti India,Pakistan,Yaman
dan lain-lain untuk berziarah.
Disini kita tidak bisa berlama-lama
disebabkan terlalu banyak pengemis-pengemis liar yang meminta sedekah dan
bahkan pencuri,jadi kita harus berhati-hati dan menjaga barang sebaik mungkin
disebabkan selain banyak penziarah disini juga pasar dan pusat perdagangan.
Sayyidah Zainab binti Ali bin Abi Thalib Ra,adalah seorang tokoh yang
tidak akan bisa dilupakan dalam sejarah Islam,karena ialah sang penyelamat
Ahlul Bait Nabi SAW pada saat perang karbala sehingga diberi julukan Ummu
Hasyim,dan ahli sejarah menyematkan pada Sayyidah Zainab wanita politikus
pertama dalam Islam karna kepintarannya dan kecerdasannya dalam
berdialok,sehingga membuat Ibnu Ziyad sang pembunuh Sayyidina Husen bin Ali Ra kelimpungan
menandingi kata-kata beliau sehingga selamatlah Ali Zainal Abidin yang waktu
itu masih kecil dari pembunuhan,jika tidak diselamatkan oleh Sayyidah Zainab
maka punahlah Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW.
Ada beberapa Julukan Sayyidah Zainab diantaranya adalah Al-Kubro yang artinya Besar
dan agung,maka dikenallah hingga sekarang Sayyidah Zainab Kubro.Suatu hariRasulullah SAW menggendong Sayyidah Zainab sambil menangis
hingga bercucuran air matanya sambil berkata “Wahai putriku Fatimah
ketahuilah bahwa cucuku ini akan ditimpa berbagai musibah dan menghadapi banyak
cobaan”, begitupun sewaktu Malaikat Jibril berkunjung ke rumah
Rasulullah SAW dan melihat Zainab cucu Rasulullah SAW, Malaikat jibril pun ikut
menangis “Aku sedih melihat anak ini yang akan
menyaksikan dan mengadapi berbagai macam cobaan dan musibah.” kata
Jibril. Demikianlah yang telah
digambarkan Rasulullah SAW.
Adapun
julukan lainnya adalah ‘Aqilah yang artinya berakal,Ibnu Duraid dalam karyanya ‘Jamharotul
Loghah’ berkata: “Fulanah Aqiilatul qaum berarti
perempuan itu ialah perempuan paling mulia dari kaumnya.”
pada suatu hari Sayyidah Zainab yang masih
kecil bertanya kepada ayahnya Saydina Ali bin Abi Thalib Ra: “Ayahku sayang, apakah engkau mencintaiku?”
Kemudian Saydina Ali menjawab: “Bagaimana mungkin aku tidak
mencintaimu, kau adalah buah hatiku”. Lantas beliau berkata lagi: “Ayahku sayang, kecintaan hanyalah untuk Allah
SWT sementara kasih sayang untuk kita”.
‘Abidah yang artinya yang banyak
beribadah,Sayyidah Zainab tidak pernah meninggalkan Sholat Nafilah apalagi
fardu wajib ,tahajjud di tengah malam dalam keadaan senang ataupun sulit,ketika
beliau di arak dari Kufah menuju Syam oleh tentara-tentar Yazid bin Mua’wiyah
yang di pimpin oleh Ibnu Ziyad,didalam keadaan sempit,susah,sedih yang mendalam
dibawah teriknya matahari gurun pasir,di dinginnya malam hari musim sejuk
Sayyidah Nafisah habiskan waktu dengan berzikir,bermunajat dan Shalat kepada
Allah Robbul ‘Alamin.
Imam Ali Zainal Abidin berkata: “Sesungguhnya bibiku Zainab telah mendirikan
shalat wajib dan nafilahnya dalam keadaan berdiri. Namun kadang-kadang di sebagian
rumah beliau lakukan dalam keadaan duduk. Ketika aku menanyakan
sebabnya beliau menjawab: Aku melaksanakan shalat
sambil duduk karena rasa lapar dan lemah yang amat sangat. Sebab selama tiga
malam aku telah memberikan bagian makananku kepada anak-anak. Dalam sehari
semalam, mereka hanya memakan sepotong roti”. Peristiwa ini terjadi
ketika Sayyidah Zainab berada dalam kondisi tertawan dan diarak dari Kufah
menuju Syam. Teriknya matahari dan dinginnya malam telah menyiksa beliau dan
rombongan tetapi beliau tidak meninggalkan shalat malamnya dalam kondisi
sesulit itu.
Sayyidah
Zainab tumbuh dalam asuhan kakeknya Rasulullah SAW sampai umur beliau genap 5
tahun,Rasulullah SAW kembali dikehadirat Allah SAW,Sepeninggal Rasulullah SAW.
hari-harinya diliputi kesedihan,perjalanan hidupnya dilalui dengan kesedihan,
karena kematian dua orang yang paling ia cintai. Dan pada waktu yang sama, ia
harus bertanggung jawab atas saudara-saudaranya, Hasan, Husain dan Ummu
Kultsum, sehingga ia pun berposisi sebagai ibu pengganti bagi mereka.
Sayyidah Zainab menikah dengan sepupunya
sendiri Abdullah bin Ja’far Ra,anak dari pamannya,suaminya terkenal dengan
kedermawanannya sehingga dijuluki dengan Quthbus Sakhaa` (Pusat
Kederwananan).Sayyidah Zainab sewaktu menikah dengan suaminya Abdullah
mensyaratkan untuk bisa tetap bersama saudaranya Imam Husain. Abdullah menerima
syarat tersebut dan menikahi cucu Rasulullah SAW ini. Dengan syarat inilah
Sayyidah Zainab dapat mengikuti perjalanan bersejarah Imam Husain dari kota
Madinah hingga Karbala dan bangkit menghadapi Yazid bin Muawiyyah. Riwayat
menyebutkan bahwa dari perkawinannya dengan Abdullah bin Ja’far, Sayyidah
Zainab mempunyai dua orang putra, yaitu Ja’far dan Ali, dan dua orang putri,
yaitu Ummu Kultsum dan Ummu Abdillah.
Sayyidah Zainab pernah mendengar dari
ayahnya Saydina Ali Ra bahwa “Manusia tidak akan pernah
mampu mengenal hakikat iman tanpa memiliki tiga hal dalam dirinya; pengetahuan
akan agama, kesabaran di tengah kesulitan dan pengelolaan yang baik urusan
kehidupannya.”
Setelah semua peristiwa yang ia lalui, Sayyidah Zainab
ingin menghabiskan sisa hidupnya di sisi kakeknya,Rasulullah SAW. Akan tetapi
Bani Umayyah tidak menginginkan hal itu, karena keberadaannya di Madinah dapat
membangkitkan kemarahan orang-orang Madinah dan mendorong mereka untuk menuntut
balas. Maka gubernur Madinah memintanya untuk meninggalkan Madinah. Kemudian ia
pergi ke Mesir dan sampai pada bulan Sya’ban tahun 61H sebagaimana disebutkan
sebagian besar buku sejarah. Kedatangannya di Mesir pun disambut hangat oleh
Maslamah bin Makhlad al-Anshari, gubernur Mesir kala itu dan oleh penduduk
Mesir. Kemudian Maslamah menjamunya di rumahnya dan ia tinggal di sana sekitar
satu tahun lalu meninggal pada tahun 62H.
Sungguh Sayyidah Zaenab sosok wanita yang tabah dan teguh yang patut
diteladani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar